Blogger Widgets 2014 | WAP'S BLOG

Pages

Jumat, 28 November 2014

Air Terjun Madakaripura










Air Terjun Madakaripura adalah salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.  Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 200 m dan berbentuk ceruk yang dikelilingi tebing-tebing yang menjulang tinggi yang meneteskan air membentuk tirai pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi. Ada sekitar lima terjunan air di lokasi ini dengan air terjun utama berada di ujung sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter sekitar 25 m.

Di balik air terjun utama terdapat sebuah goa dimana untuk mencapainya sangat sulit karena harus melewati kolam air seluas 25 m2 yang ada tepat di bawah air terjun tersebut.  Kedalaman kolam ini sekitar 7 m dan memiliki arus air yang sangat deras.

Menurut penduduk setempat nama Madakaripura berarti ‘tempat terakhir’ yang diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di lokasi air terjun ini (di sebuah goa di air terjun utama tersebut).  Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut.
















Lokasi

Terletak di Desa Sapeh, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. 

Peta dan Koordinat GPS: 7° 51' 18.00" S  113° 0' 25.71" E

Aksesbilitas

Berjarak sekitar 5 km dari lintas jalan raya menuju Bromo atau sekitar 45 menit waktu tempuh dari lokasi wisata Gunung Bromo ke arah Probolinggo (ke Utara).  Jika dari pusat kota kabupaten Probolinggo sekitar 30 km. Lokasi air terjun ini bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003) dengan kondisi jalan berkelok kelok dan sudah beraspal muluis akan tetapi sedikit sempit.

Jika perjalanan datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura akan ditemui pertigaan yang ditandai dengan plang besar.  Jika ke ke kiri ke arah Gunuing Bromo dan yang ke kanan ke arah lokasi Air Terjun Madakaripura.  Jarak dari pertigaan ini masih sekitar 4 km hingga tiba di pintu masuk lokasi air terjun.Sebelumnya masih ditemui pertigaan lagi sebelum tiba di pintu masuk dan ambil belokan ke kanan. 

Sesampainya di pintu gerbang dan masuk ke area parkir perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki kurang lebih 1 km melewati jalan setapak yang sebagian sudah cor sebagian tidak karena hilang terbawa longsor, dan menyeberangi sungai.  Untuk menuju kesana sebaiknya menggunakan jasa pemandu, hal ini dikarenakan jalan menuju kesana cukup berat medannya.  Di tambah lagi di lokasi ini sering terjadi banjir dan longsor.  Para pemandu ini, umumnya penduduk lokal, banyak ditemui di area sekitar parkiran dan mereka biasanya langsung menawarkan diri,  Ongkos pemandu sekitar Rp 50000 sekali jalan.

Mendekati lokasi air terjun akan ditemui beberapa warung penjual makanan dan minuman serta penyewaan payung.  Bagi yang tidak ingin berbasah basahan akibat terkena siraman guyuran air terjun dapat menyewa payung ini. 

Tiket dan Parkir

Tiket masuk Rp 3000 per orang.

Fasilitas dan Aomodasi

Tersedia cukup banyak warung yang menjajakan makanan dan minuman di dekat area wisata ini.  Fasilitas lain juga tersedia seperti kamar mandi yang cukup bersih, mesjid dan tempat parkir. 

AIR TERJUN BIDADARI

Air terjun bidadari merupakan air terjun alami yang berada di kampung cibimbim, desa Bojong koneng, Babakan Madang, Kab Bogor.
Air terjun alam setinggi 75 m dengan sumber mata air dari kawasan hutan.

Cerita Air Terjun Bidadari
Pada awalnya menuju air terjun bidadari hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki Sejauh 2 km dari kampung cibimbim. Dari kejauhan air terjun terlihat sebagian Karena tertutup bukit yang membentuk
lembah. Kemudian bukit tersebut digali Untuk perluasan kolam namun ternyata Terdapat batu besar yang kemudian dibelah Untuk jalan masuk ke air terjun.
Diantara bebatuan tersebut terdapat celah seperti goa yang konon menjadi tempat bersembunyi jaka tarub Saat melihat bidadari mandi di air terjun ini. Sehingga air terjun ini Disebut air terjun bidadari karena menjadi
Tempat mandinya para bidadari













 Air terjun bidadari sebelum pembangunan



Kamis, 06 November 2014

TAMAN NASIONAL UJUNG KULON


 
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820.
Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.
Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.


Jenis-jenis ikan yang menarik di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang hidup di perairan laut maupun sungai antara lain ikan kupu-kupu, badut, bidadari, singa, kakatua, glodok dan sumpit. Ikan glodok dan ikan sumpit adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga kecil) yang berada di i daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.

 
Dermaga di Pulau Peucang
Rusa (Cervus timorensis)  
Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan asset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis.

Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional yaitu suku Banten yang terkenal dengan kesenian debusnya. Masyarakat tersebut pengikut agama Islam, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan nenek moyang mereka.

Di dalam taman nasional, ada tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan kepercayaan spiritual. Tempat yang paling terkenal sebagai tujuan ziarah adalah gua Sanghiang Sirah, yang terletak di ujung Barat semenanjung Ujung Kulon.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Tamanjaya dan Cibiuk. Pintu masuk utama dengan fasilitas, pusat informasi, wisma tamu, dermaga, sumber air panas.
Pantai Kalejetan, Karang Ranjang, Cibandawoh. Fenomena gelombang laut selatan dan pantai berpasir tebal, pengamatan tumbuhan dan satwa.
Pulau Peucang. Pantai pasir putih, terumbu karang, perairan laut yang biru jernih yang sangat ideal untuk kegiatan berenang, menyelam, memancing, snorkeling dan tempat ideal bagi pengamatan satwa satwa rusa di habitat alamnya.
Karang Copong, Citerjun, Cidaon, Ciujungkulon, Cibunar, Tanjung Layar, dan Ciramea. Menjelajahi hutan, menyelusuri sungai, padang pengembalaan satwa, air terjun dan tempat peneluran penyu.
Pulau Handeuleum, Cigenter, Cihandeuleum. Pengamatan satwa (banteng, babi hutan, rusa, jejak-jejak badak Jawa dan berbagai macam jenis burung), menyelusuri sungai di ekosistem hutan mangrove.
Pulau Panaitan, dan Gunung Raksa. Menyelam, berselancar, dan wisata budaya/ sejarah.
Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d September.
Cara pencapaian lokasi:
Jakarta - Serang (1 1/2 jam via jalan Tol), Serang - Pandeglang - Labuan (1 1/2 jam) atau Jakarta - Cilegon (2 jam via jalan Tol), Cilegon - Labuan (1 jam) atau Bogor - Rangkasbitung - Pandeglang - Labuan (4 jam).
Labuan - Sumur (2 jam), Sumur - Pulau Peucang (1 jam dengan kapal motor nelayan) atau Labuan - Pulau Peucang (4 jam dengan kapal motor nelayan).
Kantor : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51, Labuan, Pandeglang 42264
Telp. (0253) 801731; Fax. (0253) 804651
E-mail : btnuk@cilegon.wasantara.net.id
 
Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 284/ Kpts-II/92,
luas 122.956 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
Temperatur udara 25° - 30° C
Curah hujan Rata-rata 3.200 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 608meter dpl
Letak geografis 6°30’ - 6°52’ LS, 102°02’ - 105°37’ BT

DANAU TOBA


  
         
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
            Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang, Berastagi dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sejarah
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Kerusakan lingkungan
Pada bulan Mei 2012 Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir No 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi Usaha Perkebunan Hortikultura dan Peternakan seluas 800 hektare di Hutan Tele, di Desa Partungkot Nagijang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimilik seorang anggota DPRD Kabupaten Samosir, Jonni Sitohang. Kemudian dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013. Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir Nauli (Pesona), Rohani Manalu menyatakan bahwa ijin yang didapatkan ini membuat PT GDS melakukan penebangan atas kayu kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki AMDAL. Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.
Akibat penebangan hutan Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.
Program penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Satya Lencana Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementrian Kehutanan, dan Istana Negara.
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya telah melayangkan dua surat rekomendasi agar Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi izin usaha dan penanggung jawab agar memberikan sangsi administratif berupa penutupan aktivitas usaha. Setelah surat pertama tidak digubris, Bupati Samosir menjawab surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tak layak tutup. Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi Kementrian Lingkungan Hidup pun memberlakukan Pengambil Alihan Wewenang (Second Line Enforcement) dan menutup sementara aktivitas PT GDS. Setelah Kementrian Lingkungan Hidup turun langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan tidak digubris dan Pemkab menyurati PT GDS untuk menaati surat keputusan PT GDS pun menghentikan semua kegiatan operasional dan menarik alat-alat berat di kawasan tersebut berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.


AIR TERJUN SUMBER PITU

         
   Malang masih menjadi primadona akan tempat wisatanya. Kota berhawa sejuk ini menyimpan banyak potensi wisata bernuansa alam yang belum terjamah. Salah satunya air terjun Sumber Pitu. Obyek wisata ini belum banyak dikenal masyarakat sehingga suasananya masih alami. Ngalamers wajib memasukkan Air Terjun Sumber Pitu ke dalam list tujuan wisata selanjutnya
            Sumberpitu adalah sebuah tempat wisata alam yang terletak di desa Duwet Krajan, sekitar 7 km sebelah timur Kota Tumpang. Pemandangan alam yang cukup indah, daerah perbukitan yang banyak tanaman Apel dan sayuran. Sumberpitu terdapat mata air yang jumlahnya banyak sekali, selain mata air juga terdapat goa peninggalan masa lalu dan terdapat pula sebuah air terjun yang diberi nama RINGIN GANTUNG, karena disitu terdapat pohon beringin yg menempel pada dinding tebing air terjun.
            Sumber Pitu berasal dari mata air yang muncul di tujuh titik yang hampir berdekatan. Uniknya, mata air coban ini berada di tebing dan air yang keluar dari tanah langsung menyembur sebagai air terjun yang jumlahnya sangat banyak. Debit sumber air di Sumber Pitu mencapai 1.600 L/detik. Mengingat banyaknya sumber dan debit air yang keluar tersebut, kemungkinan coban ini merupakan sungai di bawah tanah. Masyarakat setempat percaya bahwa Sumber Pitu masih ada hubungannya dengan Gunung Bromo. Air terjun ini sering digunakan masyarakat dari luar desa sebagai tempat ritual. Mereka percaya bahwa air yang langsung keluar dari tanah dan menyembur merupakan air suci. Banyak orang yang datang membawa botol dan diisi air untuk dibawa pulang atau diminum langsung.

            Untuk mencapai air terjun Sumber Pitu, bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Lokasinya masih satu jalur menuju Coban Pelangi dan Gunung Bromo.   Bila menggunakan kendaraan umum, dari pasar Tumpang naik angkutan kota jurusan ke Gubugklakah kemudian turun di pertigaan balai desa Wringinanom. Di sini terpampang spanduk dan foto air terjun Sumber Pitu. Lokasi air terjun masih sekitar 3 km lagi. Dari sini, Anda harus belok kiri sampai menemui Balai Desa Duwet Krajan, lalu Ngalamers bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 2 km.
            Selama perjalanan, Ngalamers akan disuguhi pemandangan yang eksotik. Antara lain pemandangan perbukitan yang banyak ditanami apel milik warga, lahan sayur-sayuran, tebing dan bebatuan yang sangat memukau. Wisatawan juga akan melewati sungai yang jernih dengan beberapa air terjun kecil di sepanjang perjalanan. Bahkan, jika beruntung Ngalamers akan menemukan beberapa monyet berkeliaran.
            Perpaduan antara keindahan, kedamaian, tantangan, serta panorama yang ada di Sumber Pitu sungguh memikat pengunjung yang datang. Tujuh air terjun setinggi sekitar 70 meter di tengah hutan melahirkan pesona luar biasa. Di dekat sumber ada hamparan rumput lebat yang bisa digunakan untuk bersantai.