Telaga Buret merupakan salah
satu tempat untuk wisata Alam paling tersohor di Tulungagung sejak lama.
Sebuah Telaga yang saat ini berada di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung lebih kurang 25 km dari pusat kota Tulungagung ini selain menjadi sebuah tempat wisata Alam yang menarik tapi juga sebagai sumber air yang membantu mengairi 4 desa di sekitarnya dan juga memiliki cerita dan mitos yang berkaitan erat dengan Kabupaten Tulungagung.
Luas Telaga Buret mungkin hanya sekitar 100 meter persegi ini memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar nya,namun kini debit airnya semakin berkurang seiring dengan semakin berkurangnya debit air tanahnya yang menjadi sumber dari telaga Buret.
Keberadaan Telaga buret sangat berkaitan dengan tradisi Ulur - ulur sebagai wujud rasa syukur Warga sekitar telaga Buret pada sang pencipta.
Dikutip dari berbagi sumber di Surya Online .
Menurut salah satu tetua adat desa setempat, Sumini (96), Telaga Buret sudah menjadi nadi kehidupan masyarakat sekitar. Setidaknya Desa Sawo, Gedangan, Gamping dan Ngentrong selama saturan tahun telah merasakan keajaiban telaga ini. Meski hanya berukuran kecil, air yang mengalir tidak pernah terputus dan terus mengalir ke are persawahan warga. “Saya juga heran, bagaimana airnya bisa terus mengalir sementara telaganya hanya sekecil ini,” katanya dalam Bahasa Jawa.
Sebuah Telaga yang saat ini berada di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung lebih kurang 25 km dari pusat kota Tulungagung ini selain menjadi sebuah tempat wisata Alam yang menarik tapi juga sebagai sumber air yang membantu mengairi 4 desa di sekitarnya dan juga memiliki cerita dan mitos yang berkaitan erat dengan Kabupaten Tulungagung.
Luas Telaga Buret mungkin hanya sekitar 100 meter persegi ini memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar nya,namun kini debit airnya semakin berkurang seiring dengan semakin berkurangnya debit air tanahnya yang menjadi sumber dari telaga Buret.
Keberadaan Telaga buret sangat berkaitan dengan tradisi Ulur - ulur sebagai wujud rasa syukur Warga sekitar telaga Buret pada sang pencipta.
Dikutip dari berbagi sumber di Surya Online .
Menurut salah satu tetua adat desa setempat, Sumini (96), Telaga Buret sudah menjadi nadi kehidupan masyarakat sekitar. Setidaknya Desa Sawo, Gedangan, Gamping dan Ngentrong selama saturan tahun telah merasakan keajaiban telaga ini. Meski hanya berukuran kecil, air yang mengalir tidak pernah terputus dan terus mengalir ke are persawahan warga. “Saya juga heran, bagaimana airnya bisa terus mengalir sementara telaganya hanya sekecil ini,” katanya dalam Bahasa Jawa.
Bahkan karena
sumber air yang begitu melimpah, kawasan 4 desa ini tidak pernah terhubung
dengan saluran irigasi primer yang dipunyai pemerintah. Meski tanpa irigasi
teknis yang modern, sawah-sawah bisa ditanami padi hingga 3 kali dalam satu
tahun. Warga sekitar mengenal masa tanam kedua dengan nama lanyah, masa tanam
kedua bernama gadhu
dan masa tanam ketiga disebut konyol. Sebutan konyol karena pada masa tanam ketiga biasanya tidak pernah ada air dan hanya mengandalkan kenekatan saja. Namun berkat telaga buret, istilah konyol tidak pernah ada di 4 desa tersebut.
Di saat daerah lain menderita karena kekeringan dan kesulitan air, penduduk 4 desa tersebut tidak pernah
merasa khawatir, berkat keberadaan telaga Buret. menurut sebuah pernyataan warga Tidak ada istilah konyol bagi sawah-sawah si sekitar telaga buret , karena sepanjang
tahun air terus mengalir menghidupi padi petani. Inilah berkah telaga Buret bagi warga disana.
Berkah yang dirasakan warga turun temurun inilah yang membuat warga selalu menggelar upacara ucapan syukur yang disebut ulur-ulur. Upacara ini untuk memberi hormat kepada leluhur yang bernama eyang Jigang Joyo serta anak dan mantunya, Sri Rejeki dan Sri Sedono. Ketiganya dipercaya sebagai tokoh di balik keberadaan telaga Buret.
Dalam upacara ini ditampilkan aneka kesenian Jawa, serta diakhiri dengan tabur bunga ke dalam telaga. Namun bukan hanya sekedar upacara ulur-ulur semata. Untuk menjaga agar air telaga Buret terus mengalir, warga 4 desa juga melestarikan alam sekitar, di antaranya larangan menebang pohon di sekitar telaga.
Warga juga melepaskan aneka hewan air tawar ke dalam telaga, sebagai sarana konservasi. Tidak heran hewan liar seperti monyet berkembang biak di sekitar telaga. Warga pun membentuk organisasi “Paguyuban Sendang Tirto Mulyo” yang menjamin telaga Buret tetap lestari. “Kami juga menghormati ketiga leluhur tersebut dengan tidak merusak
lingkungan sekitar telaga.
dan masa tanam ketiga disebut konyol. Sebutan konyol karena pada masa tanam ketiga biasanya tidak pernah ada air dan hanya mengandalkan kenekatan saja. Namun berkat telaga buret, istilah konyol tidak pernah ada di 4 desa tersebut.
Di saat daerah lain menderita karena kekeringan dan kesulitan air, penduduk 4 desa tersebut tidak pernah
merasa khawatir, berkat keberadaan telaga Buret. menurut sebuah pernyataan warga Tidak ada istilah konyol bagi sawah-sawah si sekitar telaga buret , karena sepanjang
tahun air terus mengalir menghidupi padi petani. Inilah berkah telaga Buret bagi warga disana.
Berkah yang dirasakan warga turun temurun inilah yang membuat warga selalu menggelar upacara ucapan syukur yang disebut ulur-ulur. Upacara ini untuk memberi hormat kepada leluhur yang bernama eyang Jigang Joyo serta anak dan mantunya, Sri Rejeki dan Sri Sedono. Ketiganya dipercaya sebagai tokoh di balik keberadaan telaga Buret.
Dalam upacara ini ditampilkan aneka kesenian Jawa, serta diakhiri dengan tabur bunga ke dalam telaga. Namun bukan hanya sekedar upacara ulur-ulur semata. Untuk menjaga agar air telaga Buret terus mengalir, warga 4 desa juga melestarikan alam sekitar, di antaranya larangan menebang pohon di sekitar telaga.
Warga juga melepaskan aneka hewan air tawar ke dalam telaga, sebagai sarana konservasi. Tidak heran hewan liar seperti monyet berkembang biak di sekitar telaga. Warga pun membentuk organisasi “Paguyuban Sendang Tirto Mulyo” yang menjamin telaga Buret tetap lestari. “Kami juga menghormati ketiga leluhur tersebut dengan tidak merusak
lingkungan sekitar telaga.
Begitulah
informasi mengenai Telaga Buret yang dianggap keramat dan penuh mistis tapi
secara faktual telah memberikan banyak manfaat bagi penduduk sekitarnya.
Telaga Buret masih menjadi sebuah tempat wisata alam yang menarik bagi anda yang ingin menambah wawasan mengenai Tulungagung dan adat istiadatnya.
Mungkin bagi anda yang paling tepat untuk mengunjungi telaga ini adalah saat acara syukuran yang disebut ulur - ulur tadi sehingga akan memberikan pengalaman yang sangat menarik.
Setiap 1 tahun sekali tepat pada bulan Selo, hari Jum’at Legi bersama-sama mengadakan ulur - ulur disekitar telaga Buret.
Telaga Buret masih menjadi sebuah tempat wisata alam yang menarik bagi anda yang ingin menambah wawasan mengenai Tulungagung dan adat istiadatnya.
Mungkin bagi anda yang paling tepat untuk mengunjungi telaga ini adalah saat acara syukuran yang disebut ulur - ulur tadi sehingga akan memberikan pengalaman yang sangat menarik.
Setiap 1 tahun sekali tepat pada bulan Selo, hari Jum’at Legi bersama-sama mengadakan ulur - ulur disekitar telaga Buret.
0 komentar:
Posting Komentar