Kulon Progo seolah menjadi negeri tempat matahari kembali. Perjalanan menuju ke sana bagaikan perjalanan mengejar senja. Kita berlomba-lomba dengan cakrawala yang selalu siap menelan sang surya. Berada di sisi terbarat Jogja dan dipagari oleh barisan Pegunungan Menoreh, di pagi hari akan kita temui halimun tipis menyelimuti puncak-puncaknya, dan ketika senja datang, remang keemasan akan menjadi perhiasannya.
Kulon Progo menjadi istimewa berkat alamnya. Lihatlah pegunungan Menoreh ini, meskipun pegunungan karst namun jauh dari kata tandus, tutupan tanah yang subur membuat vegetasinya relatif rapat. Puncak-puncaknya yang menghijau bak permadani berhias garis sungai yang mengalirkan air untuk sebuah telaga. Sementara laut selatan setia menjaga dengan ombaknya yang menakutkan.
Menjelajah Kulon Progo bisa kita mulai sejak pagi buta. Mari mengawali hari di Puncak Suroloyo, puncak tertinggi Pegunungan Menoreh. Meskipun menempuh perjalanan menantang karena harus melewati jalan sempit yang naik turun dan berkelok tajam, namun semua itu terbayar dengan keindahan pemandangan matahari yang malu-malu. Perlahan keluar dari balik gunung-gunung di sisi timur, seperti gadis ayu yang terlihat sangat cantik meskipun baru bangun tidur. Ketika langit semakin terang, kita bisa meneropong Borobudur yang dijaga oleh empat gunung: Sindoro, Sumbing, Merapi, dan Merbabu.
Menjelang siang, lanjutkan perjalanan menuju Gua Kiskendo, sebuah gua dengan legenda sepotong kisah Ramayana, pertarungan antara kakak beradik Lembusuro dan Mahesasura melawan Subali dan Sugriwa. Di luar, mata kita akan terkesima oleh relief yang terpahat di tebing-tebing batu, sementara di dalam kita akan terpana pada keindahan ornamen gua yang berpadu dengan cerita tentang sebab musabab persekutuan Rama dan kerajaan kera saat merebut kembali Shinta dari Rahwana.
Jangan meninggalkan Kulonprogo sebelum menikmati senja karena sepertinya inilah tempat matahari pulang ke rumah. Ada tiga tempat favorit dengan pemandangan senja luar biasa, sayang sekali kita tak bisa menikmati dalam waktu yang sama. Maka, pilihlah salah satu dari ketiganya. Bagi penggemar pantai bisa memilih Glagahsebagai spot terbaik untuk menikmati senja. Suara ombak laut selatan yang menghantam ratusan tetrapod menjadi latar suara untuk sebuah drama perubahan warna langit dari biru terang menuju jingga keemasan. Tak hanya itu, kita juga bisa bersantai mendayung kano di laguna yang tenang, bersepeda, bermain di kebun buah naga, hingga memancing.
Tempat kedua adalah Waduk Sermo. Telaga buatan yang dibangun dengan menenggelamkan sebuah kampung ini mempunyai pemandangan senja tak kalah cantiknya. Duduk saja di tepinya, beralaskan batu-batu dan rerumputan kita akan disuguhi mahakarya Yang Kuasa dalam melukis semesta. Sapuan warna kuning keemasan bersemburat jingga mewarnai sekitar dan dipantulkan permukaan air dalam telaga yang tenang. Bila ingin lebih mengenal setiap lekuk Waduk Sermo, kita bisa menyewa perahu untuk mengantar berkeliling. Angin yang lembut, air yang dingin, dan langit remang temaram sebelum malam datang menjadi penutup hari yang sempurna.
Selain kedua tempat tersebut, masih ada Kalibiru. Sebuah desa di Pegunungan Menoreh yang menawarkan ketenangan sebagai obat penawar atas segala kebisingan, hiruk pikuk dan keramaian kota. Udara pegunungan dan hembusan angin perlahan menjadi mantra menuju ketentraman. Naiklah ke atas pohon pinus di tepi jurang, duduklah dengan tenang di atas kayu yang telah terpasang. Di kejauhan akan terlihat telaga tenang berwarna kebiruan seperti tempat para bidadari mandi. Dari tempat ini kita akan merasakan betapa senja adalah peristiwa yang melankolis lagi romantis.
0 komentar:
Posting Komentar