Blogger Widgets Para ilmuwan mengatakan jenis tumbukan yang terjadi di dekat bintang NGC 2547-ID8 itu bisa menimbulkan pembentukan planet baru seperti Bumi. | WAP'S BLOG

Pages

Jumat, 27 Februari 2015

Para ilmuwan mengatakan jenis tumbukan yang terjadi di dekat bintang NGC 2547-ID8 itu bisa menimbulkan pembentukan planet baru seperti Bumi.

    Teleskop Badan Antariksa Amerika Serikat berhasil menangkap fenomena luar angkasa: sebuah ledakan dahsyat di sekitar bintang muda. Para ilmuwan yakin peristiwa yang tertangkap Teleskop Luar Angkasa Spiitzer itu merupakan tumbukan antara dua asteroid. Para ilmuwan mengatakan jenis tumbukan seperti itu bisa menimbulkan pembentukan planet baru.
Menurut laman Daily Mail, Jumat 29 Agustus 2014, fenomena itu tertangkap teleskop saat para ilmuwan secara rutin melakukan pengamatan terhadap sebuah bintang yang mereka sebut NGC 2547-ID8. Pada pengamatan antara Agustus 2012 hingga Januari 2013 itu, para ilmuwan melihat kepulan debu yang sangat besar.
"Kami pikir dua asteroid besar saling bertumbukan, menciptakan awan besar yang terdiri dari butiran pasir sangat halus," kata Huang Meng, penulis sekaligus mahasiswa dari Universitas Arizona, Tuscon, Amerika Serikat. Dia menambahkan, asteroid yang bertumbukan itu hancur berkeping-keping dan tengah menjauh dari bintang muda itu.
Sementara, debu yang diduga sebagai hasil tumbukan asteroid itu sebelumnya telah diamati oleh Teleskop Spitzer. Ini merupakan pertama kali ilmuwan mengumpulkan data sebelum dan sesudah terjadi benturan.
Pemandangan itu memberikan gambaran proses pembentukan planet berbatu seperti Bumi yang kita huni ini. Menurut para peneliti itu, planet berbatu memulai kehidupan dengan debu yang berputar-putar di sekitar bintang muda.
Tumbukan antara dua asteroid itu menghasilkan gumpalan material. Meski asteroid sering hancur, beberapa menjadi tumbuh dari waktu ke waktu dan berubah menjadi proto-planet.
Baru setelah lebih dari 100 juta tahun kemudian, objek itu menjadi lebih matang, membentuk planet. Bulan kita, yang menjadi satelit bagi Bumi, menjadi benda langit yang diyakini terbentuk dari efek benturan besar antara proto-Bumi dan objek angkasa yang ukurannya sebesar planet Mars.
Dalam studi baru, Spitzer memasang infra merah untuk mencari sumber panas pada kumpulan debu yang berada di sekitar NGC 2547-ID8, bintang yang berumur sekitar 35 juta tahun dan berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya di Konstelasi Vela.
Terjadi Ledakan Hebat di Luar Angkasa, Terbentuk Bumi Baru?
Ledakan di luar angkasa yang ditangkap Spitzer
Sumber foto: Daily Mail
Pengamatan sebelumnya telah merekam variasi debu di sekitar bintang, yang mengisyaratkan tengah berlangsung tabrakan asteroid. Dengan berharap menyaksikan dampak yang lebih besar, yang menjadi kunci kelahiran planet kehidupan, para astronom terus menggunakan Spitzer untuk mengamati bintang muda itu secara rutin.
Mulai Mei 2012, teleskop NASA itu mulai melihat bintang itu. Perubahan dramatis bintang itu terjadi sejak Spitzer tak bisa melihat NGC 2547-ID8 karena terhalang oleh matahari.
Saat Spitzer kembali mengamati bintang muda itu lima bulan kemudian, tim ilmuwan itu terkejut dengan data yang mereka dapatkan. "Kami tidak hanya menyaksikan apa yang tampaknya menjadi puing-puing sebuah benturan besar, tapi juga bisa melacak bagaimana ini berubah," kata Kate Su, penulis dari Universitas Arizona.
Kate menambahkan, perubahan yang ditangkap Spitzer itu menunjukkan gumpalan material terlihat terus memudar, terus menghancurkan material-material hingga berbentuk lebih kecil dan gumpalan itu bergerak menjauh dari bintang muda NGC 2547-ID8.
"Spitzer merupakan teleskop terbaik untuk memonitor bintang secara reguler dan tepat untuk perubahan kecil dengan infra merah dalam waktu berbulan-bulan dan bahkan tahunan," kata Kate Su.
Dari pengamatan tersebut juga diketahui bahwa awan yang terbentuk dari material yang diduga hasil benturan meteorit itu sekarang mengorbit pada bintang muda dalam zona di mana planet berbatu terbentuk.
Pengamatan para ilmuwan pada sistim bintang itu juga menunjukkan, sinyal infra merah dari awan ini bervariasi jika dilihat dari Bumi. Misalnya, jika terlihat memanjang, maka sebagian besar permukaannya terlihat dan sinyalnya tampak lebih besar.
Sementara, jika yang terlihat, atau yang menghadap ke Bumi, merupakan bagian kepala atau ekor dari gumpalan debu, maka sinar inframerah terlihat meredup.
Dengan mempelajari osilasi inframerah, tim ilmuwan ini mengumpulkan data pertama pada proses yang detil dan hasil dari tumbukan yang membentuk planet berbatu seperti Bumi.
"Kita sedang melihat proses pembentukan planet berbatu terjadi tepat di depan kita," kata George Rieke, co-writer studi baru ini, yang juga peneliti dari Universitas Arizona.
Ini merupakan kesempatan unik untuk mempelajari proses yang dekat dengan real time," tambah Rieke.
Saat ini, tim ilmuwan ini tetap memantau bintang itu dengan Spitzer. Mereka akan melihat seberapa lama gumpalan debu itu bertahan, yang akan membantu mereka menghitung seberapa sering peristiwa tersebut terjadi di sekitar bintang ini dan bintang lainnya.
Dan mungkin juga mereka akan melihat kembali tumbukan lainnya melalui Teleskop Spitzer yang supercanggih tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar