Saat gerhana terjadi, Matahari, Bumi, dan Bulan terletak pada satu garis lurus. Posisi itu membuat Bumi menutupi cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke Bulan.
Dengan posisi gerhana tersebut, dari sudut pandang manusia di Bumi, seharusnya Bulan tak akan tampak. Namun, ternyata saat totalitas gerhana terjadi, Bulan justru berwarna merah sehingga kerap disebut blood moon. Bagaimana bisa?
Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, menerangkan bahwa warna merah darah Bulan disebabkan oleh pembiasan.
"Cahaya matahari yang mengenai bulan memang tertutup oleh Bumi, tetapi atmosfer Bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari itu sehingga bulan tidak gelap total," tulis Thomas di blognya pada Senin (6/10/2014).
Hal itu mudah dijelaskan bila manusia berdiri di Bulan. Manusia bakal melihat Bumi dikelilingi oleh cahaya merah yang dibiaskan atmosfernya.
Bulan yang menjadi merah darah bisa dilihat saat totalitas gerhana. Dalam gerhana kali ini, totalitas berlangsung dari pukul 17.24-18.24 WIB. Totalitas ini bisa dilihat dari seluruh wilayah Indonesia, kecuali Banda Aceh.
Saat totalitas, warga Indonesia tengah timur berpotensi melihat Uranus dengan mata telanjang, meski butuh kejelian untuk menemukannya.
Sementara warga Indonesia barat berpeluang untuk menyaksikan fenomena langka selenelion. Saat senja nanti, Bulan bakal terbit dengan warna merah darah di ufuk timur, sementara Matahari yang juga dengan warna kemerahan masih berada di ufuk barat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar